Rabu, 27 Juni 2018

Walisongo : Penyebar Islam di Tanah Jawa Kala Itu



Para wali songo dalam menanamkan pengaruh Islam di Jawa berawal dari masyarakat di daerah pesisir pantai. Karena pada waktu itu, satu-satunya jalur perdagangan yang paling ramai adalah melalui jalur laut. Baru kemudian merambah ke daerah perkotaan.
Sehingga tidak lama kemudian berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di pulau Jawa yang mulai terlihat pengaruh Islam terutama dalam penggunaan gelar sultan dan panatagama. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan agama Islam di pulau Jawa merupakan jerih payah para Wali Songo. Untuk lebih jelasnya, berikut ini sejarah singkatnya.

Sejarah Singkat Wali Songo

Masuknya agama Islam di pulau Jawa, pada mulanya dibawa oleh para pedagang yang berasal dari Malaka. Namun, penyebarannya dilakukan oleh para wali. Wali adalah penyiar agama Islam di Jawa. Dengan demikian, perkembangan Islam di pulau Jawa tidak lepas dari peranan para wali. Jumlah wali yang terkenal ada sembilan, yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan sebutan songo, sehingga jadilah sebutan Wali Songo. Adapun para Wali Songo tersebut adalah:
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim / Syekh Maulana Magribi)
Pada mulanya Sunan Gresik merupakan salah satu ahli dakwah yang dikirim oleh Sultan Zainal Abidin dari kerajaan Samudra Pasai untuk menyebarkan pengaruh Islam ke pulau Jawa dan Sulawesi bersama dengan Maulana Ishak. Setelah lama di pulau Jawa, Sunan Gresik juga dikenal dengan panggilan Maulana magribi atau Syekh Magribi karena berasal dari wilayah Magribi, Afrika Utara.  Dan ada juga yang menyebutnya Syekh Jumadil Kubra.
Kedatangan Sunan Gresik di Jawa tercatat sebagai orang Islam pertama yang masuk ke Jawa. Oleh karena itu, kedatangannya dianggap sebagai permulaan masuk Islam di pulau Jawa. Dalam menyiarkan ajaran Islam, beliau menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati warga masyarakat terhadap agama Islam. Beliau wafat pada tanggal 12 Rabiul Awwal 882 H atau 8 April 1419 M dan di makamkan di pekuburan Wetan Gresik.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Ampel lahir di Campa, Aceh pada tahun 1401 M dengan nama aslinya Raden Rahmat. Ia adalah putra Maulana Malik Ibrahim. Sunan ampel memulai aktivitasnya dengan mendirikan Pesantren Ampel Denta sehingga ia juga dikenal sebagai pembina pondok di Jawa Timur.
Di pesantren tersebut, ia mendidik dan membimbing para pemuda Islam untuk menjadi da’i.  Diantaranya ada Raden Paku, Raden Patah, Raden Makhdum Ibrahim, Maulana Ishak dan Syarifudin. Sunan Ampel adalah orang yang mengangkat Raden Patah sebagai sultan pertama Demak yang mempunyai jasa paling besar dalam meletakkan peran politik umat Islam di Nusantara. Sunan Ampel wafat di Surabaya pada tahun 1481 M dan di makamkan di Ampel.
3. Sunan Bonang (Raden Maulana Makhdum Ibrahim)
Lahir di Surabaya tahun 1465 M. Ia adalah putranya Raden Rahmat, cucunya Sunan Gresik, dan sudara sepupu Sunan Kalijaga. Sunan Bonang dianggap sebagai “pencipta gending pertama”. Dalam menyebarkan Islam ia selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari wayang dan musik gamelan. Beliau memusatkan dakwahnya di Tuban. Dalam aktivitas dakwahnya, ia mengganti nama-nama dewa dengan nama-nama malaikat. Sunan Bonang memberikan pendidikan Islam secara mendalam kepada Raden Patah, putra raja Majapahit Prabu Brawijaya V, yang kemudian menjadi Sultan Demak Pertama. Sunan Bonang wafat di Tuban tahun 1525 M.
4. Sunan Giri (Raden Paku/ Prabu Satmata/ Sultan Abdul Fakih)
Lahir pada pertengahan abad ke-15 dengan nama asli Raden Paku. Ia adalah putra Maulana Ishak dan dikenal dengan panggilan Raden Ainul Yaqin. Sunan Giri memulai aktivitas dakwahnya di daerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan sebuah pesantren dengan nama “Pesantren Sunan Giri”. Ia mengirim da’i terdidik ke berbagai daerah di luar pulau Jawa, seperti di Madura, Ternate, Tedore dan Kangean.
Ia terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis. Ia mendidik anak-anak dengan berbagai permainan yang berjiwa agama seperti jelungan, jor gula, cublak-cublak, suweng, iler-iler yang masih dikenang hingga saat ini. Sunan Giri wafat dan dimakamkan di Giri, Gresik pada tahun 1506 M.
5. Sunan Drajat (Raden Kosim/ Syarifuddin Masih Munat/ Sunan Sedayu)
Lahir di Ampel, Surabaya pada tahun 1407 dengan nama asli Raden Qosim atau Syarifuddin. Ia merupakan putra Sunan Ampel. Pada waktu para wali memutuskan untuk mengadakan pendekatan cultural pada masyarakat Jawa dalam menyiarkan Islam. Sunan Drajat juga tidak ketinggalan untuk menciptakan tembang Jawa yang sampai saat ini masih digemari masyarakat, yaitu tembang pangkur. Hal yang paling menonjol dalam dakwahnya Sunan Drajat ialah perhatiannya yang serius pada masalah-masalah sosial. Dakwahnya selalu berorientasi pada kegotong-royongan. Sunan Drajat wafat di Sedayu, Gresik pada pertengahan abad ke-16 M.
6. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid/Syekh Malaya)
Dilahirkan pada akhir abad ke-14 M dengan nama Raden Mas Syahid. Ayahnya bernama Raden Sahur Tumenggung Wilwatikta yang menjadi Bupati Tuban. Dan ibunya bernama Nawang Rum.
Karena sistem dakwahnya yang akurat dan intelek, para bangsawan dan cendikiawan banyak yang bersimpati kepadanya. Sunan Kalijaga sangat berjasa dalam perkembangan wayang purwa atau wayang kulit yang bercorak Islam seperti saat ini. Sunan Kalijaga mengarang aneka cerita wayang bernapaskan Islam terutama mengenai etika. Beliau juga berjasa dalam pengembangan seni suara, seni ukir, seni pahat, dan kesusatraan.
7. Sunan Kudus (Ja’far Sadiq/ Raden Undung)
Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Ia memiliki keahlian khusus dalam ilmu fiqih, ushul fiqh, tauhid, tafsir, hadits dan logika. Oleh karenanya, diantara walisongo yang lain, ia mendapat julukan waliyyul’ilmi atau orang yang kuat ilmunya. Beliau juga melaksanakan dakwah denganpendekatan kultural.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Beliau adalah putra Sunan Kalijaga. Sunan Muria memusatkan aktivitas dakwahnya di gunung Muria yang terletak 18 km sebelah utara kota Kudus. Ia menjadikan tempat-tempat terpencil sebagai pusat dakwahnya. Ia lebih suka menyendiri dan tinggal di desa serta bergaul dengan rakyat biasa. Beliau mengadakan kursus-kursus untuk kaum nelayan, pedagang dan rakyat biasa untuk mendalami ilmu agama Islam.
9. Sunan Gunungjati (Syarif Hidayatullah)
Lahir di Mekkah tahun 1448 M. Ia adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Ia mengembangkan ajaran Islam di Cirebon, Majalengka, Kawali, Kuningan, Sunda Kelapa, Dan Banten. Sunan Gunungjati sangat berjasa dalam memajukan kerajaan Demak, khususnya dalam pelantikan Sultan Trenggono sebagai raja Demak ketiga hingga kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya sebagai kerajaan Islam di pulau Jawa.


Sumber: spengetahuan.com

0 komentar:

Posting Komentar